Minggu, 15 Februari 2015

Hidup adalah pilihan




Sahabat2ku, hidup ini adalah pilihan, Allah SWT pun menawarkan pilihan kepada kita, apakah kita mau menjadi orang beriman atau mau menjadi orang yang fasik. Mau hidup bahagia atau menderita, baik itu kehidupan di dunia maupun di kehidupan selanjutnya. Semuanya didasarkan pada pilihan2, semuanya tergantung kita.

Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa manusia dua jalan, kejahatan dan ketakwaan. ''Dan (demi) jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.'' (QS Asy-Syams [91]: 7-10).
Kita diberi pilihan memilih jalan yang mana. Kita diberi akal untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kita juga diberi ujian sebagai pembuktian keimanan, apakah dengan ujian itu, tetap pada keimanan atau berpaling dan melakukan yang salah. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, `Kami telah beriman,' sedangkan mereka tidak diuji lagi (QS. Al Ankabuut : 2) Kita dikaruniai akal pikiran untuk memilih jalan ketakwaan atau kefasikan.
Bila jalan takwa yang kita pilih, maka kemenangan yang kita dapatkan, "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan" (QS. An-Nur {24}: 52).
Dan bagi yang memilih jalan kefasikan, maka nerakalah tempatnya kelak, ”Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya” (QS. As Sajdah :20)
Coba kita tengok dalam setiap perkembangan kehidupan kita, semenjak kecil, remaja hingga dewasa, semuanya selalu dihadapkan pada serangkaian pilihan, urusan memilih baju yang akan dipakai, memilih sekolah yang akan dijadikan tempat kita menuntut ilmu, hingga memilih pekerjaan dan termasuk memilih pasangan hidup yang akan mendampingi kita hingga kakek nenek dan ajal menjemput memisahkan kita.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan politik sekalipun, kita dihadapkan pada kenyataan pilihan2, ya, kita harus memilih. Siapa yang kita sukai untuk dipilih, dan siapa yang kita tidak sukai untuk tidak kita pilih, baik sebagai wakil kita di lembaga perwakilan rakyat. Semuanya memilih, termasuk saat kita pun memutuskan untuk tidak memilih, itulah pilihan kita. Semuanya tentu seiring sejalan dengan kemanfaatan berikut resiko yang harus kita hadapi.
Sahabat2ku, kita harus berani membuat dan menentukan sebuah pilihan dalam hidup kita. Orang yang berani memilih adalah orang yang berani menghadapi resiko, seorang yang berani memilih adalah orang yang percaya sepenuhnya pada Allah, sandaranya Allah. Hingga saat dia meyakini apa yang dipilihnya adalah benar menurut agama, maka walaupun berat resiko yang harus ditempuhnya, maka ia akan siap menghadapi segala macam resiko dan tidak menjadi ragu2 atau menjadi pengecut yang tidak berani mengambil sebuah keputusan.
Hidup yang menarik adalah hidup yang selalu dipenuhi dengan berbagai pilihan yang membuat daya pikir dan olah rasa kita dalam merespon pilihan2 itu berkembang dan membuat kita maju. Karena kita sejatinya diberi anugrah oleh Allah dalam bentuk akal dan hati, adalah untuk memilah dan memilih sebuah kebenaran atau kesalahan, baik atau buruk. Ketajaman merespon apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telingadan dirasakan oleh hati dan pikiran, akan menentukan sejauh mana kita akan mampu menaklukan kehidupan dan sangat menentukan sejauh mana kita mampu berani membuat sebuah keputusan, memilih dan melangkah maju.
Begitupun dengan bagaimana kita menjalani hidup ini, Allah memberikan kita banyak kesempatan dengan beragam jalan pilihan. Semua memiliki konsekuensi masing2 dan semua menuntut tanggung jawabnya sendiri. Jika kita memilih untuk tetap di lantai dasar, maka kita harus menerima dan bersabar ketika kita tetap ada di bawah dan hanya mendapatkan apa yang ada disana. Jangan kita marah, cemburu dan iri hati ketika melihat orang lain memilih dan mendapat hal2 baik yang terdapat di lantai atas kita.
Kalau kita memilih menggunakan jalan pintas untuk naik tentu akan sangat cepat meraih lantai tujuan.Tetapi kita harus siap dengan segala konsekuensinya dan harus bisa bersabar jika ternyata resikonya lebih besar. Karena bisa saja biaya yang kita keluarkan lebih tinggi dari apa yang kita harapkan. Bukankah ketika kita melompat naik di tangga akan menghadapi resiko jatuh yang lebih besar daripada jika kita berjalan? Belum lagi kita juga tidak akan merasa puas jika keberhasilan kita sejatinya buah dari perjuangan orang lain atau kita dapati dengan cara yang kurang benar/kurang baik.
Berbeda kalau kita memilih naik setapak demi setapak dan melakukan lompatan2 terukur dan terencana, tentu kita akan dapat menggapai tujuan kita. Akan sangat baik jika kita memiliki kawan seiring dalam perjalanan naik itu. Kawan yang bersama saling membantu memikul beban dan kepenatan di perjalanan. Walaupun perjalanan mendaki ke lantai atas yang kita lakukan membuahkan penat dan capai, tapi kita percaya bahwa lantai lebih atas akan memberi panorama lebih indah yang tidak tersedia di lantai bawah sebelumnya.
Jika lantai atas yang saya uraikan diatas sebagai gambaran kesuksesan hidup yang serba berkecukupan dalam hal materi, dsb, hingga kita bisa berbuat lebih banyak untuk membantu orang lain yang kekurangan, bisa memaksimalkan potensi yang ada agar kita menjadi sebaik2nya ummat yang bermanfaat untuk orang banyak. Hubungan kita dengan Alah pun harmonis, maka pilihlan jalan tsb.
Tapi dalam hal memilih ini, tentunya kita harus berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, menempuhnya dijalan yang diridhoi Allah dan tidak mudah putus asa di tengah jalan jika ternyata langkah kita mengalami banyak hambatan.
Jangan pernah sekali2 kita beranggapan bahwa hidup kita memang sudah seperti ini (dilantai bawah) dan tidak bisa diubah, banyak manusia yang merasa hidupnya sudah baik2 saja, merasa seperti itulah hidup yang sebenarnya, mereka tidak menyadari bahwa hidup mereka bisa lebih baik dari semua itu jika mereka mau berusaha merubahnya. Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra'd :11).
Sahabat2ku, bagaimana dengan kita, apakah dalam hidup ini kita lebih cenderung berada pada jalan kebenaran atau kefasikan? Apakah dalam hidup ini, kita lebih memilih hidup dilantai bawah tanpa punya keberanian untuk merubahnya dan naik ke lantai atas? Dan apakah selama ini kita termasuk orang yang ragu, takut dalam menentukan pilihan hidup atau berani dalam menentukan pilihanhidup atau sebaliknya? Hanya kita yang bisa menjawabnya.
Hidup ini adalah pilihan2 yang akan membawa kita pada hasil akhir di akhirat nanti, semoga kita semua bisa bisa bijak dalam menentukan setiap langkah pilihan dalam hidup, menajalaninya dengan keimanan kepada Allah SWT dan semoga kita semua selalu berada dalam jalan kebenaran, aamiin yaa Robbal alamiin
Untuk sahabat2 yang belum tahu (bertanya), setiap hari sabtu dan minggu/hari libur, saya tidak update fanspage.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar